Catatan Kecil Untuk Pecinta Kopi dari Begog Van de Cub

Lumajang – Hi, saya adalah Kopi Begog, lengkapnya, Kopi Begog Van de Cub. Kalian bisa temukan saya di Jl. Jendral Haryono No.131, Jogoyudan, Kec. Lumajang, Kabupaten Lumajang. Atau kalian juga bisa temukan saya di medsos instagram dengan alamat akun @kopi_begog, pasti kalian sudah tahu siapa saya.

Ada beberapa hal penting yang menjadi catatan saya dalam setiap seduhan kopi yang tercipta. Tulisan ini mungkin bersifat personal, tapi saya percaya bahwa ada beberapa poin penting yang mungkin akan menyentilmu sedikit secara personal.

“Seberapa sering kamu minum kopi?”

Untuk peminum kopi aktif seperti saya, kopi tidak lagi sekedar minuman pengawal hari, pelengkap di antara percakapan dan teman kencan saat merokok.

“Sebenarnya kalian tahu gak sih, bahwa dalam setiap cangkir kopi itu selalu mengandung pelajaran yang berbeda-beda setiap harinya?”

Pernahkah kamu merasa bahwa secangkir kopi juga bisa menjadi guru dan memberi pelajaran yang remeh tetapi juga penting. Setidaknya setelah lima tahun belakangan berkutat dengan kopi dan lima tahun aktif bergelut di industri kopi, saya merasa kopi mengajarkan saya tentang bagaimana caranya mengapresiasi.

Secangkir kopi yang tiba di mejamu enak atau tidak enak menurut palet lidahmu itu berasal dari kerja keras rantai industri yang begitu panjang. Setidaknya habiskan kopimu hingga tandas, karena dalam tiap tetesnya mengandung nilai-nilai yang perlu di apresiasi, salah satunya adalah kerja keras.

Tak berhenti di satu poin, secangkir kopi mengajarkan saya berlapis-lapis kesabaran. Kesabaran adalah kunci lahirnya kopi nikmat, yang di mulai dari hulu hingga ke hilir. Jangan tanya lagi berapa tebal rasa sabar para petani dan antek-anteknya di hulu sana mengasuh kopi sepenuh hati. Jangan tanya lagi berapa sabarnya para pelaku industri kopi yang berjuang mendapatkan cita rasa yang nikmat. Dan terakhir jangan pernah ungkap lagi seberapa sabar para barista menghadapi penikmat kopi yang terkadang kejam dalam menilai.

Kopi yang enak mungkin lahir dari sang ahli. Tapi kopi yang nikmat itu lahir dari mereka yang tekun, tulus & bersabar. Setidaknya saya meyakini dan meng amini hal ini.

Meski kopi mengajarkan begitu banyak hal, tapi saya harus memilih bahwa kopi mengajari saya menikmati proses. Setiap orang tentu mengelu-elukan hasil akhir yang sukses, tapi tidak semua orang mampu menikmati dan beradaptasi dengan proses.

Kepada kopi, saya belajar banyak perihal menikmati proses, berproses dan menjadi rantai dari proses itu sendiri. Tanpa proses, kopi hanyalah minuman pereda haus atau penunda kantuk. Proses menyeduh maupun pasca panen adalah seni yang menentukan akan jadi apa kopi dan manusia yang terlibat di sana. Tanpa proses, kopi kita akan menjadi disobek bukan diseduh. Ahh…yang disobek pun bahkan juga perlu proses.

Sekian dulu catatan saya tentang apa yang sudah diajarkan oleh secangkir kopi pada saya selama ini.

Yaa.. memang benar, kopi selalu mengajarkan kita menikmati pahit dan selalu menjadi candu. Tapi kopi tak pernah mengajarkan kita soal penghakiman dan menjadi jagoan instan. Meski banyak hakim kopi, jangan pernah salahkan kopinya. Salahkan oknumnya yang mungkin sedikit malas belajar mengenai biji hitam nan seksi ini. Salam kopi !!!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *